Postingan

Yovita Saptariani

Hujan dan awan terlau letih dan pergi Mencari jawaban yang disiapkan masa Menjadi embun yang membasuh waktu Hari-hari yang kita tuju tak pernah mengabarkan tanda Karena dahaga perjalanan tak selalu bertemu mata air Meski hidup adalah kabut Cobalah meraba dalam kegelapan Sampai cinta tak kan pernah lagi merintih Bila cinta bersulam cahaya Dia akan bernafas dalam nyawa Anehnya disaat aku bukan menjadi siapa-siapa Cinta harus menjadi luka yang terus menerjang bayang-bayang Akan kujadikan coretan pena untuk membunuh sisa kisah semalam Yang hadir dan menahan terpejamnya mata Syair dan puisi tidak selalu berajut Walau jantung masih berdenyut Dan biarkan ini menjadi kisah tanpa wujud Embun masih terus membasuh waktu Berteman iringan mantram Seiring hati terdiam dalam dekapan rasa yang bisu by: Yovita Saptariani sent to wall syair berdarah 29 September 2013

Sheilla Wong

Seringkali .. kumencuba berbisik pada hati tuk melenyapkan keraguan jiwa namun kugagal temui jawabannya.. Barangkali .. hanya Tuhan yang lebih mengerti kerna Tuhan perancang terbaik kepadaMu kupasrah segalanya agar terhapus segala persoalan di hati ini... By; Sheilla Wong facebook 4 Januari 2013

KENAPA KOPI....?

Kenapa Kopi?...... Lalu, harus aku jawab apa? Jika kau tanya kenapa? Mungkinkah? itu sebuah akibat dari suatu musabab? Aku, tak lagi mampu memjawab tanyamu mungkin aku adalah orang yang fakir kata Kemudian, engkau bertanya pada sunyi malam engkau kembali dengan keluh keheningan Bukankah kemarin sudah aku bilang dewi malam bukanlah tempat kau mencari jawaban Tak semua tanya harus terjawab Tak semua angan harus menjadi ingin Bukan, Aku bukannya lelah mendengar celotehmu atau, tak mau lagi menjawab semua tanyamu Coba kau dengar bahasa kebisuan itu Mungkin ia lebih jujur dari ucap ku Kemudian, engkau pergi tanpa menoleh  Dan aku, masih dalam tanyaku "KENAPA KOPI" sambil ku sruput lagi cangkir kosong ku Yogyakarta, 16 Jan 2017 Sisa dari keresahan semalam "Sebuah Karya dari Sepenggal Rasa" © by Coretan Syair (Sya!R B3RdaR@H)

Sebuah Tanya

Kinasih, asmara bukan soal tentang rasa atau hasrat yang bergolak dalam jiwa jika memang salah aku berharap padamu, salahkan jika cinta ini hadir untukmu? adakah malam berbisik padamu akan heningnya? bukankah sepi adalah teman kita? lalu, mengapa dermagamu yang kosong, tak kunjung berlabuh barang seekor kapalpun? Aku, tak mungkin seberani itu untuk menanya padamu tak mungkin sejantan itu mengucap padamu yang tumbuh dalam diriku, adalah senyum bisumu Mungkin, engkaukah kinasihku? Lihat, jika yang tergeletak disana adalah anyaman panda beraroma rindu itu memang untukmu Kau, tak akan pernah bisa melihatku dari dua sisi Dan aku, terjebak oleh rasa yang mengakar pada dirimu Sedang, orang-orang fakir kata, menyebut itu cinta Aku, hanya berkata, bahwa ini adalah rasa Aku ingin mencuri kata dari deretan kata-kata pujangga kemudian, aku kehabisan makna Dan aku, kembali membisu tanpa kata terpasung oleh seutas tanya Pergi....... Menghilang....

SURAT (untuk) NONA

Gambar
kepada NONA manis   (bacalah sambil ditemani instrumen ini)   Selamat malam non, apakabarmu petang ini. huuffffttt aku gak tau harus memulai dari mana?. Rasanya jemariku kaku, setelah sekian lamanya ku tinggal aksara ini, mungkin sejak kau pergi menghiasi mimpi-mimpi ku. Non apa yang terjadi padamu? wajahmu begitu lesu, semangatmu redup, bagai senja tertelan gelap. Itu pertanyaan yang hampir saja ku muntahkan padamu waktu kita bertemu beberapa bulan yang lalu. Namun pertanyaan-petanyaan itu dan ribuan pertanyaan lainnya tak jadi ku luapkan padamu, ya padamu. Sebab yang datang bersamamu adalah lelaki, lelaki itu mereka sebut suamimu. Huffftttt..... ku sulut lagi sebatang rokok yang ada di samping ini, gelas kosong sisa kopi kemarin aku jadikan asbak. Mungkin atau seadainya gelas itu mampu bicara dia akan memaki ku habis-habisan. Sebab, setelah sedari kemarin dia kucucup dengan bibir ini, kali ini ia hanya menjadi sampah dari sisa-sisa kretek ku yang terbakar. Non, jujur sebena

BUNG KARNO -Ir. Soekarno- To Build the World a New

Gambar
REPLIKA PATUNG LILIN BUNG KARNO Ir. Soekarno atau yang kita kenal dengan nama Bung Karno adalah Presiden pertama NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang mungkin akan terkikis sejarahnya seiring perjalanan waktu yang ada. Mungkin kelak anak cucu kita atau mungkin generasi kita sendiri yang minim mengetahui tentang sejarah asal usul beliau, itulah Indonesia, mereka begitu cepat melupakan sejarah negara ini. Satu fakta yang unik hari ini saya temukan di mbah google, dimana pas iseng-iseng browsing saya menemukan beberapa berita terbaru tentang Bung Karno, ya,,,, Presiden pertama negri ini telah dibuat replika patung dari lilin yang sangat mirip, lengkap dengan tongkat, pangkat, serta tidak keringgalan senyum beliau. Namun satu hal yang sangat mengecewakan, ternyata replika tersebut tidak ada di negri kita sendiri, melainkan di negri tetangga tepatnya di museum Madame Tussauds Bangkok, Thailand. Menurut informasi yang saya dapat dari dunia on-line profil yang dipakai untuk m

MERINDU NASIONALISASI INDONESIA -Cak_Nun-

(EMHA AINUN NADJIB, KOMPAS, 22 September 2012) Berangkat dari Jokowi ke Indonesia, esai ini bukan tentang pemilihan gubernur, politik Indonesia, atau baik-buruknya pemerintah dan pejabat. Inilah kerinduan manusia Indonesia. Seusai Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta, bangsa Indonesia kini menggerakkan kaki sejarahnya menuju 2014. Namun, imaji mereka terhadap 2014 sangat buram dan penuh kesemrawutan. Bangsa Indonesia hampir mustahil menemukan calon pemimpin yang berani pasang badan, misalnya untuk nasionalisasi Freeport. Bahkan, menghadapi kasus seringan Century, bangsa kita tidak memiliki budaya politik kerakyatan untuk mendorongnya maju atau menarik mundur. Yang rutin, bangsa Indonesia adalah ketua yang tidak berkuasa atas wakil-wakilnya. Bagai makmum shalat yang tidak berdaulat untuk memilih imamnya. Bangsa Indonesia hidup siang-malam dalam penyesalan, dalam kekecewaan atas diri sendiri, tetapi dicoba dihapus-hapus dari kesadaran pikiran dan hati karena mereka selalu tidak