Perempuan Penakluk Surga
Nyawa telah dipertaruhkan oleh perempuan-perempuan hebat itu
Sakit yang mereka rasakan bagai menghapi "Sang Pencabut Nyawa"
Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup yang dikuliti
Tetapi,
Sakit yang ia tanggung sepadan dengan bahagia yang didapat
Saat beliau dengar tangisan pertama jiwa yang suci
Jerit tangisnya adalah tetesan air mata bahagia
Bahkan Surga tak kan pernah bisa membeli bahagia itu
Mungkin karena itulah,
Surga tak akan pernah lebih mulia,
dari telapak kaki seorang "Ibu"
Mungkin karena itulah,
Surga hanya berani bersembunyi,
Dibawah telapak kaki seorang "Ibu"
Dan Mungkin karena itulah,
Aku sebut beliau,
Apakah kau akan tega?,
membalas setiap kasihnya, dengan bentakan
kau tak akan pernah bisa membeli
setiap tetes kasihnya,
walau dengan Surga dan seluruh kenikmatanya
Karena,
satu bentakan yang kau lempar
kepada "Perempuan Penakluk Surga" itu
akan menorehkan lara dibhatinnya
dan pedihnya lebih pedih,
pada saat beliau melahirkanmu
maka, jangan pernah kau katakan "hush"
kepada beliau,
sedang surga yang kau damba selama ini
bersemayam di telapak kakinya
apakah kau pantas berada di surga?
sedang,
ditelapak kakinya pun kau tak pantas
Tiadakah kau ingat........
setiap tetes cinta kasih beliau?
Tiadakah kau ingat.......
setiap tetes air matamu dipangkunya?
tiadakah kau ingat.......
senyum beliau dalam dukamu?
hanya untuk menguatkanmu,
dalam menapaki jalan yang berkerikil tajam
tiadakah kau ingat.......
samudra maafnya lebih luas
dari pada lautan murkanya
balaslah setiap tetes kasihnya
dengan senyum kebanggaan
Sebuah pesan untuk darah daging
Nb:Sumber Copy Paste Facebook page Syair_Berdarah
"Sebuah Karya dari Sepenggal Rasa"
Komentar
Posting Komentar