Mentari bag.1
Kusadarkan diri dari kelelapan
coba buka mata bersama datang sang mentari
mulai mengukir hari ini dengan kisah baru
namun coretan tentangku tak berubah
masih sama seperti kemarin
coba ku sulut kembali semangat ku
bersama bara sebatang rokok di mulut ku
aku mengais sisa-sisa semangat kemarin
yang tercecer,
sedang semuanya hanya bilah serpihan
semua kata yang hendak kucoret
terkesan sama,
jelas tiada berbeda,
semua hanya tentang kepedihan
dan jua kekalahan,
masih bayangmu, senyummu,
candamu, marahmu, dan jua manjamu
yang menghiasi rangkaian imajiku
tak berubah dan entah tak pernah berubah
begitu jua aku, jiwa dan hati masih sama seperti dulu
kala pertama ku pandang senyum manis mu
kini, di pagi ini, bersama sang mentari
coba ku toreh kisah baru ku
dengan semangat baru ku jua
namun aku tiada yakin,
dan mungkin tak pernah yakin,
bahwa aku bisa menghapusmu
sedang senyummu,
tak lagi melekat dalam dinding jiwaku
namun telah menyatu dengan nafas hidup ku
jika hanya kematian yang dapat menghapusmu
maka biar kutitipkan kisah pilu ini
bersama hangatnya mentari pagi
dan jika mungkin siang nanti
terbakar oleh angkuh baranya,
maka biar kunikmati,
percik hangat cahaya pagi ini
hangat dari mentari pagi
coba buka mata bersama datang sang mentari
mulai mengukir hari ini dengan kisah baru
namun coretan tentangku tak berubah
masih sama seperti kemarin
coba ku sulut kembali semangat ku
bersama bara sebatang rokok di mulut ku
aku mengais sisa-sisa semangat kemarin
yang tercecer,
sedang semuanya hanya bilah serpihan
semua kata yang hendak kucoret
terkesan sama,
jelas tiada berbeda,
semua hanya tentang kepedihan
dan jua kekalahan,
masih bayangmu, senyummu,
candamu, marahmu, dan jua manjamu
yang menghiasi rangkaian imajiku
tak berubah dan entah tak pernah berubah
begitu jua aku, jiwa dan hati masih sama seperti dulu
kala pertama ku pandang senyum manis mu
kini, di pagi ini, bersama sang mentari
coba ku toreh kisah baru ku
dengan semangat baru ku jua
namun aku tiada yakin,
dan mungkin tak pernah yakin,
bahwa aku bisa menghapusmu
sedang senyummu,
tak lagi melekat dalam dinding jiwaku
namun telah menyatu dengan nafas hidup ku
jika hanya kematian yang dapat menghapusmu
maka biar kutitipkan kisah pilu ini
bersama hangatnya mentari pagi
dan jika mungkin siang nanti
terbakar oleh angkuh baranya,
maka biar kunikmati,
percik hangat cahaya pagi ini
hangat dari mentari pagi
"Sebuah Karya dari Sepenggal Rasa"